Kegemaran FOMO Di Kalangan Generasi Muda, Pentingnya Sikap Kritis

Istilah FOMO kini sudah tidak asing lagi di kalangan generasi muda. FOMO yang merupakan singkatan dari Fear of Missing Out sangat erat kaitannya dengan gaya hidup media sosial.

Menurut https://www.touchnottingham.com/ dalam rangka mencermati perkembangan FOMO, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga menggelar webinar yang melibatkan pelatihan literasi digital di bidang pendidikan bersamaan dengan gerakan e-literasi online nasional.

Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital di tingkat anak dan remaja di Indonesia Timur, khususnya Maluku dan Papua. Sophia Dewey adalah salah satu pembicara di webinar tersebut.

Dikatakannya, fenomena FOMO kini sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Menurutnya, rasa takut ketinggalan mode diwujudkan secara sadar tanpa paksaan.

Kanal News Liboutin 6.com mengatakan pada Selasa (14 Maret 2023), “Tidak heran jika banyak anak muda yang siap melakukan apa saja untuk mengikuti tren yang mereka bagikan, terutama di media sosial.”

Jadi, kata dia, literasi menjadi bagian penting dalam menggiring generasi muda mengubah FOMO menjadi JOMO, atau kegembiraan saat tersesat. Artinya, anak muda tidak perlu terlalu khawatir ketinggalan zaman dan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.

Direktur Sondang Pratama yang juga aktif di media sosial selain Sophia mengatakan, FOMO menjadi penyakit baru. Karena masyarakat sudah kecanduan media sosial.

“Akhirnya otomatis mengarah ke overspending karena sering memaksa kita mengikuti tren yang sebenarnya tidak kita sukai atau butuhkan, karena kita ingin diakui dan itu sering mengarah pada penipuan,” katanya.

FYI, pelatihan ini akan diadakan secara daring pada hari Senin, 20 Februari 2023, dengan tema “Fear of Missing Out” atau FOMO/Critical to Viral News. Webinar ini dihadiri kurang lebih 300 peserta yang terdiri dari siswa dan guru dari SMAN 3. dan SMAN 22 Maluku Tengah.

Seperti diketahui, status literasi digital Indonesia pada tahun 2022 naik menjadi 3,54 dan masuk dalam kategori “sedang”, menandakan masih banyak ruang untuk perbaikan.

Menyikapi situasi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat Pemberdayaan Informasi Aptika Ditjen telah menetapkan empat pilar dasar literasi digital: keterampilan digital, etika digital dan digital. pada literasi. Budaya dan keamanan digital.

Kegiatan workshop diawali dengan sambutan daring oleh Menteri Komunikasi dan Informatika atau Menkominfo Johnny G Plate.

Saat itulah Johnny bergerak selain membangun infrastruktur digital, data center dan telekomunikasi di seluruh Indonesia.

“Kemenkominfo langsung menyelenggarakan sekolah kejuruan untuk membina talenta digital. Dihadiri 200-200 orang.

“Digital Talent Scholarship merupakan program beasiswa bagi generasi muda yang ingin meningkatkan skill dan talenta digitalnya. Terakhir, merupakan workshop literasi digital yang dapat diikuti oleh semua orang di Indonesia secara gratis,” ujar Johnny.

Samuel Abrijani, General Manager Aplikasi Informatika (APTICA), menambahkan tentang tujuan diadakannya workshop literasi digital.

“Tujuan Lokakarya Literasi Digital Empat Pilar adalah menjadi pendekatan literasi digital media yang dapat memberikan dukungan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia Timur, Papua, dan Maluku,” ujar Samuel.